Thursday, 20 October 2016

Emha Ainun Nadjib

Emha Ainun Nadjib



 Muhammad Ainun Nadjib atau biasa dikenal Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun (lahir di JombangJawa Timur27 Mei 1953; umur 63 tahun) adalah seorang tokoh intelektual berkebangsaan Indonesia yang mengusung nafas Islami.

 Menjelang kejatuhan pemerintahan Soeharto, Cak Nun merupakan salah satu tokoh yang diundang ke Istana Merdeka untuk dimintakan nasihatnya yang kemudian kalimatnya diadopsi oleh Soeharto berbunyi "Ora dadi presiden ora patheken". Emha juga dikenal sebagai seniman, budayawan, penyair, dan pemikir yang menularkan gagasannya melalui buku-buku yang ditulisnya.



Kehidupan pribadi

Emha merupakan anak keempat dari 15 bersaudara. Pendidikan formalnya hanya berakhir di semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM). Sebelumnya dia pernah ‘diusir’ dari Pondok Modern Darussalam Gontor setelah melakukan ‘demo’ melawan pimpinan pondok karena sistem pondok yang kurang baik, pada pertengahan tahun ketiga studinya. Kemudian ia pindah ke Yogyakarta dan tamat SMA Muhammadiyah I. Istrinya yang sekarang,Novia Kolopaking, dikenal sebagai seniman film, panggung, serta penyanyi. Sabrang Mowo Damar Panuluh adalah salah satu putranya yang kini tergabung dalam grup band Letto.

Lima tahun ia hidup menggelandang di Malioboro, Yogyakarta antara 1970–1975, belajar sastra kepada guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya misterius dan sangat memengaruhi perjalanan Emha. Masa-masa itu, proses kreatifnya dijalani juga bersama Ebiet G Ade (penyanyi), Eko Tunas (cerpenis/penyair), dan EH. Kartanegara (penulis).
Selain itu ia juga pernah mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1984), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985). Emha juga pernah terlibat dalam produksi film Rayya, Cahaya di Atas Cahaya (2011), skenario film ditulis bersama Viva Westi.

Penghargaan

Bulan Maret 2011, Emha memperoleh Penghargaan Satyalancana Kebudayaan 2010 dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Menurut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, penghargaan diberikan berdasarkan pertimbangan bahwa si penerima memiliki jasa besar di bidang kebudayaan yang telah mampu melestarikan kebudayaan daerah atau nasional serta hasil karyanya berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

Kajian 

Dalam kesehariannya, Emha terjun langsung di masyarakat dan melakukan aktivitas-aktivitas yang merangkum dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik, sinergi ekonomi guna menumbuhkan potensi rakyat. Di samping aktivitas rutin bulanan dengan komunitas Masyarakat Padhang Bulan, ia juga berkeliling ke berbagai wilayah nusantara, rata-rata 10 sampai15 kali per bulan bersama Gamelan Kiai Kanjeng, dan rata-rata 40 sampai 50 acara massal yang umumnya dilakukan di area luar gedung. Kajian-kajian islami yang diselenggarakan oleh Cak Nun antara lain:
  • Jamaah Maiyah Kenduri Cinta sejak tahun 1990-an yang dilaksanakan di Taman Ismail Marzuki. Kenduri Cinta adalah salah satu forum silaturahmi budaya dan kemanusiaan yang dikemas sangat terbuka, nonpartisan, ringan dan dibalut dalam gelar kesenian lintas gender, yang diadakan di Jakarta setiap satu bulan sekali.
  • Mocopat Syafaat Yogyakarta
  • Padhangmbulan Jombang
  • Gambang Syafaat Semarang
  • Bangbang Wetan Surabaya
  • Paparandang Ate Mandar
  • Maiyah Baradah Sidoarjo
  • Obro Ilahi Malang, Hongkong dan Bali
  • Juguran Syafaat Banyumas Raya
  • Maneges Qudroh Magelang
Dalam pertemuan-pertemuan sosial itu ia melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi, metode perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta pengupayaan solusi-solusi masalah masyarakat.

Tuesday, 18 October 2016

Chitra dewi 1957



Chitra Dewi (lahir dengan nama Roro Patma Dewi Tjitrohadikusumo di Cirebon, Jawa Barat, 26 Januari 1934 – meninggal di Tangerang, Banten, 28 Oktober 2008 pada umur 74 tahun) adalah seorang pemeran wanita Indonesia di era tahun 1950-an hingga tahun 1990-an. Ia membintangi film Tiga Dara bersama Mieke Wijaya dan Indriati Iskak.


Filmografi

Chitra Dewi, selama kariernya, telah bermain dalam 80 film. Ia terkenal sejak membintangi film Tiga Dara arahan sutradara Usmar Ismail pada tahun 1956. Chitra dalam film drama musikal itu bermain bersama Mieke Wijaya, Indriati Iskak, dan Bambang Irawan. Ia memulai kariernya di seni peran melalui film Tamu Agung pada 1955. Pada tahun 1971, ia pernah pula menjadi produser dan sutradara dalam beberapa film.

Berikut adalah film-film yang pernah di bintanginya :

  • Tamu Agung - 1955
  • Djuara 1960 - 1956
  • Tiga Dara - 1956
  • Delapan Pendjuru Angin - 1957
  • Tiga Buronan - 1957
  • Asrama Dara - 1958
  • Djendral Kantjil - 1958
  • Pak Prawiro - 1958
  • Habis Gelap Terbitlah Terang - 1959
  • Tjinta-Tjinta Ajah - 1959
  • Pedjuang - 1960
  • Ratu-Ratu Rumah Tangga - 1960
  • Tak Terduga - 1960
  • Djumpa di Perjalanan - 1961
  • Melati di Balik Terali - 1961
  • Bing Slamet Merantau - 1962
  • Holiday in Bali - 1962
  • Lembah Hidjau - 1963
  • Semusim Lalu - 1964 disutradarai oleh Hasmanan
  • Darah Nelajan - 1965
  • Bunga Putih - 1966
  • Gita Taruna - 1966
  • 2 X 24 Djam - 1967
  • Nji Ronggeng - 1969
  • Hidup, Tjinta, dan Air Mata - 1970
  • Romansa - 1970
  • Samiun dan Dasima - 1970
  • Ratna - 1971
  • Belas Kasih - 1973
  • Bulan di Atas Kuburan - 1973
  • Aku Mau Hidup - 1974
  • Ali Baba - 1974
  • Bobby - 1974
  • Maria, Maria, Maria - 1974
  • Pengorbanan - 1974
  • Prahara - 1974
  • Putri Solo - 1974
  • Sayangilah Daku - 1974
  • Suster Maria - 1974
  • Bunga Roos - 1975
  • Chicha - 1976
  • Ganasnya Nafsu - 1976
  • Ateng Bikin Pusing - 1977
  • Duo Kribo - 1977
  • Gara-Gara Istri Muda - 1977
  • Kemelut Hidup - 1977
  • Rahasia Seorang Ibu - 1977
  • Semau Gue - 1977
  • Terminal Cinta - 1977
  • Terminal Terakhir - 1977
  • Yoan - 1977
  • Begadang - 1978
  • Rhoma Irama Berkelana I - 1978
  • Rhoma Irama Berkelana II - 1978
  • Si Ronda Macam Betawi - 1978
  • Gadis Kampus - 1979
  • Kabut Sutra Ungu - 1979
  • Mencari Cinta - 1979
  • Remaja-Remaja - 1979
  • Perjuangan dan Doa - 1980
  • Amalia S.H. - 1981
  • Bukan Impian Semusim - 1981
  • Sekuntum Mawar Putih - 1981
  • Si Pitung Beraksi Kembali - 1981
  • Simphony Yang Indah - 1981
  • Bawalah Aku Pergi - 1982
  • Mendung Tak Selamanya Kelabu - 1982
  • Kadarwati - 1983
  • Rumput-Rumput Yang Bergoyang - 1983
  • Sebening Kaca - 1985
  • Takdir Marina - 1986
  • Pendekar Bukit Tengkorak - 1987
  • Saur Sepuh (Satria Madangkara) - 1988
  • Jurus Dewa Naga - 1989
  • Rio Sang Juara - 1989
  • Cintaku di Way Kambas - 1990
  • Pengantin Remaja - 1991
  • Pendang Ulung - 1993

Monday, 17 October 2016

Basuki Tjahaja Purnama



Basuki Tjahaja Purnama : Basuki Cahaya Purnama, nama Tionghoa: Zhōng Wànxué / 鍾萬學, lahir di Manggar, Belitung Timur, 29 Juni 1966; umur 50 tahun), atau paling dikenal dengan panggilan Hakka Ahok (阿學), adalah Gubernur DKI Jakarta yang menjabat sejak 19 November 2014.
Pada 14 November 2014, ia diumumkan secara resmi menjadi Gubernur DKI Jakarta pengganti Joko Widodo, melalui rapat paripurna istimewa di Gedung DPRD DKI Jakarta.
Basuki resmi dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta oleh Presiden Joko Widodo pada 19 November 2014 di Istana Negara, setelah sebelumnya menjabat sebagai Pelaksana Tugas Gubernur sejak 16 Oktober hingga 19 November 2014.
Purnama merupakan warga negara Indonesia dari etnis Tionghoa dan pemeluk agama Kristen Protestan pertama yang menjadi Gubernur DKI Jakarta. Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta pernah dijabat oleh pemeluk agama Kristen Katolik, Henk Ngantung (Gubernur DKI Jakarta periode 1964-1965).
Basuki pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI dari 2012-2014 mendampingi Joko Widodo sebagai Gubernur. Sebelumnya Basuki merupakan anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat periode 2009-2014 dari Partai Golkar namun mengundurkan diri pada 2012 setelah mencalonkan diri sebagai wakil gubernur DKI Jakarta untuk Pemilukada2012. Dia pernah pula menjabat sebagai Bupati Belitung Timur periode 2005-2006.
 Ia merupakan etnis Tionghoa pertama yang menjadi Bupati Kabupaten Belitung Timur.
Pada tahun 2012, ia mencalonkan diri sebagai wakil gubernur DKI berpasangan dengan Joko Widodo, wali kota Solo. Basuki juga merupakan kakak kandung dari Basuri Tjahaja Purnama, Bupati Kabupaten Belitung Timur (Beltim) periode 2010-2015. Dalam pemilihan gubernur Jakarta 2012, mereka memenangkan pemilu dengan presentase 53,82% suara. Pasangan ini dicalonkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Pada 10 September 2014, Basuki memutuskan keluar dari Gerindra karena perbedaan pendapat pada RUU Pilkada. Partai Gerindra mendukung RUU Pilkada sedangkan Basuki dan beberapa kepala daerah lain memilih untuk menolak RUU Pilkada karena terkesan "membunuh" demokrasi di Indonesia.
Pada tanggal 1 Juni 2014, karena Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengambil cuti panjang untuk menjadi calon presiden dalam Pemilihan umum Presiden Indonesia 2014, Basuki Tjahaja Purnama resmi menjadi Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta. Setelah terpilih pada Pilpres 2014, tanggal 16 Oktober 2014 Joko Widodo resmi mengundurkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Secara otomatis, Basuki menjadi Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta. Basuki melanjutkan jabatannya sebagai Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta tanpa dukungan partai (independen) hingga pun dirinya dilantik sebagai Gubernur DKI pada 19 November 2014.